Bismillah.
Segala puji bagi Allah Rabb seru sekalian alam. Allah yang telah mengajarkan kepada kita apa-apa yang tidak kita ketahui sebelumnya. Allah yang telah menciptakan kita dan memberi rezeki kepada kita. Allah yang mengutus para rasul-Nya untuk membimbing umat manusia.
Amma ba’du.
Kaum muslimin yang semoga senantiasa dirahmati Allah, adalah suatu hal yang pasti bahwa setiap manusia berkeinginan mencapai kebahagiaan di dalam hidupnya. Tidak seorang pun mendambakan kehancuran dan kesengsaraan dalam hidupnya. Untuk itulah dibutuhkan ilmu dan pemahaman yang benar tentang jalan untuk meraih kebahagiaan itu.
Diantara ilmu yang paling pokok adalah bahwa sesungguhnya Allah ciptakan kita bukan untuk sebuah kesia-siaan. Ada sebuah hikmah yang sangat agung di balik penciptaan diri kita. Seperti yang telah diterangkan Allah dalam ayat (yang artinya), “Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (adz-Dzariyat : 56)
Keberadaan kita di alam dunia memiliki tujuah dan hikmah yang sangat agung yaitu untuk menguji kita siapakah diantara kita yang terbaik amal dan ibadahnya. Seperti yang telah dijelaskan oleh Allah dalam firman-Nya (yang artinya), “[Allah] Yang telah menciptakan kematian dan kehidupan untuk menguji kalian; siapakah diantara kalian yang terbaik amalnya.” (al-Mulk : 2)
Kebahagiaan hanya akan diperoleh apabila kita tunduk kepada Allah, menghamba kepada-Nya dan menjalankan aturan agama-Nya. Seperti yang diisyaratkan oleh Allah dalam ayat (yang artinya), “Maka barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya, hendaklah dia melakukan amal salih dan tidak mempersekutukan dalam beribadah kepada Rabbnya dengan sesuatu apapun.” (al-Kahfi : 110)
Kebahagiaan yang sejati adalah dengan mengenal Allah, mengenal nabi-Nya dan mengenal agama Islam. Kebahagiaan yang berangkat dari nilai-nilai keimanan dan tauhid. Kebahagiaan yang bersumber dari kepatuhan kepada utusan Allah. Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang taat kepada Allah dan rasul-Nya sungguh dia telah mendapatkan kemenangan yang sangat besar.” (al-Ahzab : 71). Artinya bahwa orang tersebut akan dilindungi dari api neraka serta dimasukkan ke dalam surga yang penuh dengan kenikmatan (lihat Tafsir Ibnu Katsir, 6/487)
Ilmu yang wajib dimiliki untuk meraih kebahagiaan ini adalah ilmu tentang Allah yaitu tauhid dan iman kepada-Nya. Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa yang melakukan amal salih dari kalangan lelaki atau perempuan dalam keadaan dia beriman, niscaya Kami akan memberikan kepadanya kehidupan yang baik, dan benar-benar Kami akan membalas mereka dengan pahala yang lebih baik daripada apa-apa yang telah mereka kerjakan.” (an-Nahl : 97)
Ilmu tauhid inilah yang paling pertama diajarkan kepada manusia. Ketika mengutus Mu’adz bin Jabal radhiyallahu’anhu ke Yaman, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berpesan kepadanya, “Hendaklah yang paling pertama kamu serukan kepada mereka ialah supaya mereka mentauhidkan Allah.” (HR. Bukhari dalam Kitab at-Tauhid)
Sebab tauhid adalah kewajiban terbesar bagi manusia. Seperti disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Hak Allah atas hamba ialah hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak mempersekutukan dengan-Nya sesuatu apapun.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Tauhid adalah pokok dari segala kebaikan. Tauhid inilah jalan lurus yang mengantarkan manusia menuju kebahagiaan dan keselamatan. Allah berfirman (yang artinya), “Wahai manusia, sembahlah Rabb kalian Yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, mudah-mudahan kalian bertakwa.” (al-Baqarah : 21)
Tauhid inilah sumber keamanan dan petunjuk. Seperti yang dijelaskan dalam firman Allah (yang artinya), “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuri imannya dengan kezaliman (syirik) mereka itulah orang-orang yang diberikan keamanan, dan mereka itulah orang-orang yang diberi petunjuk.” (al-An’am : 82)
Semakin baik seorang hamba dalam mewujudkan tauhid di dalam dirinya dan semakin bersih amalnya dari segala bentuk syirik maka ia akan mendapatkan keamanan dan petunjuk yang semakin besar pula. Sebaliknya, semakin rusak tauhid dan semakin banyak noda syirik yang mengotori amalnya maka semakin sedikit pula keamanan dan petunjuk yang didapatkannya.
Untuk mengajarkan tauhid inilah Allah mengutus setiap rasul kepada kaumnya. Demikian pula diutusnya Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang membawa rahmat bagi alam semesta. Mereka semuanya mendakwahkan tauhid kepada manusia. Allah berfirman (yang artinya), “Dan tidaklah Kami utus seorang rasul pun sebelum kamu melainkan Kami wahyukan kepadanya; bahwa tidak ada ilah/sesembahan yang benar selain Aku, maka sembahlah Aku saja.” (al-Anbiyaa’ : 25)
Ilmu tauhid ini lebih dibutuhkan oleh manusia daripada makanan dan minuman. Karena makanan dan minuman dibutuhkan dalam sehari sekali atau dua kali. Adapun ilmu tauhid dibutuhkan sebanyak hembusan nafas. Ilmu tauhid inilah yang menjadi kunci kebaikan seorang insan. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang Allah kehendaki kebaikan padanya niscaya Allah pahamkan dia dalam hal agama.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dengan demikian belajar tauhid adalah kebutuhan setiap insan. Karena tidak ada jalan untuk mencapai kebaikan dan kebahagiaan kecuali dengan tauhid. Setiap jalan menuju Allah itu buntu selain jalan tauhid. Dan tidak akan bisa mewujudkan tauhid kecuali dengan mempelajari Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Sebagian ulama terdahulu mengatakan, “Wajib atasmu meniti jalan kebenaran dan janganlah sedih karena sedikitnya orang yang menempuhnya. Dan jauhilah olehmu jalan-jalan kebatilan dan janganlah kamu gentar dengan banyaknya orang yang binasa.”
Semoga tulisan yang singkat ini bermanfaat bagi penulis, pembaca, dan siapa saja yang bisa mengambil faidah darinya. Wallahu waliyyut taufiiq.